Selasa, 20 Desember 2011

Lain benua lain pula penyakitnya

Selama puluhan tahun, para pengamat kesehatan dunia difokuskan pada penyakit infeksi yang amat mudah menyebar: AIDS, TB, dan flu burung. Untuk meredamnya dikembangkan vaksin, sebagai upaya terbaik mengendalikan virus yang begitu gampang menyebabkan outbreak di seantero jagat.

Namun saat ini paradigma mulai bergeser. Karena pembunuh terbesar di planet bumi bukanlah penyakit infeksi namun penyakit kronik seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, dan paru. Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam Sidang Umum PBB tahun ini menyebutkan, empat penyakit tersebut sudah menjadi penyebab 2/3 kematian dari seluruh kematian di seluruh dunia, atau sekitar 36 juta nyawa. Di Amerika Serikat, 9 dari 10 orang meninggal karena empat penyakit tadi. Kecenderungan peningkatan prevalensi tak hanya di negara maju. Di negara miskin seperti Ethiopia, angka kejadian kanker pun mengalami peningkatan. Beberapa tahun lalu, hanya satu onkologis yang menetap di Ethiopia dan sekarang sudah bertambah jadi tiga. Dr. Bogale Solomon, adalah onkologis pertama di Ethiopia untuk 80 juta penduduk!

PBB dianggap tidak terlalu menyentuh isu-isu kesehatan. Kampanye yang mengangkat isu kesehatan tahun ini baru kedua kalinya setelah yang pertama pada tahun 2001 saat PBB mengangkat isu tentang Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria. Bagaimana sebenarnya kondisi penyebaran penyakit kronis di masing-masing benua?

Africa masih berkutat dengan penyakit infeksi, kematian ibu dan kesehatan anak. Kematian lebih sering disebabkan nutrisi yang buruk atau kurang gizi dibandingkan penyakit noncommunicable seperti diabetes, penyakit jantung, atau kanker.

Europa dan Amerika Utara. Dua benua paling maju ini harus membayar mahal kebiasaan penduduknya yang doyan makan, sedikit olahraga, dan merokok: penyakit jantung dan diabetes mendominasi. Kanker yang banyak menimpa penduduk usia lanjut—terutama payudara dan prostat—merefleksikan angka harapan hidup yang panjang di benua biru dan merah ini, akibat luasnya akses pengobatan. Di Eropa Timur dan bekas negara Soviet, kanker paru cukup dominan. Tidak heran karena Eropa adalah tempat bercokolnya perokok. Prevalensi merokok di Eropa paling tinggi di dunia, 29%.

Asia. Asia Tenggara memiliki angka obesitas paling rendah di dunia, bahkan lebih rendah dari Afrika. Tetapi di Cina, di mana hanya 6% penduduknya yang obese, 4 dari 10 memiliki tekanan darah tinggi. Angka kematian akibat penyakit pernapasan di Cina tiga kali lebih besar dibandingkan di Amerika. Di wilayah Asia lain, prevelensi penyakit yang lumayan tinggi adalah infeksi HPV, penyebab utama kanker serviks. Lain lagi di India. Pemerintah setempat tengah gencar melancarkan kampanye pencegahan diabetes dan hipertensi. Ada 51 juta penderita diabetes di India, kedua terbesar setelah Cina. Pada pria India, kanker paru mendominasi dan pada perempuan, kanker serviks.

Amerika Tengah dan Selatan. Pola prevelensi kanker di benua ini hampir mirip dengan Amerika Utara, Hanya saja kanker serviks mendominasi untuk kanker pada perempuan. Negara-negara di Amerika Selatan juga memilki masalah terhadap akses pelayanan kesehatan yang buruk. Sebagai contoh, di  Honduras, ada lebih dari 700 kasus kanker baru per tahun namun hanya ditangani 2 onkologis.

Dari gambaran tadi, PBB dihimbau memiliki tujuan dan program jelas serta dana yang besar  untuk mebuat sebuah perubahan. Resolusi saja tidak cukup, begitu kata pakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar